Rabu, 19 Juni 2013

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA




TUGAS REMEDIAL KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
MATERI SEMESTER 1 SAMPAI SEMESTER 2




Nama       : Yuni Sartika
Kelas        :  X Keperawatan 3
Pelajaran :  Kebutuhan Dasar Manusia

A.     KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1.      Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut :
  Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu.
Misalnya, seorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta bisaanya akan mencari makanan terlebih dahulu daripada mencari cinta.
Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting untuk mempertahankan kebutuhan tersebut guna kelangsungan umat manusia.
  Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang baru atau tidak dikenal.


  Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
  Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, kepercayaan diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
  Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri – sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya. Merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarku Maslow, merupakan kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
2.      Virginia Henderson
Teori Virginia Handerson (Hammer dan Henderson, 1955) mengcangkup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Handerson (1964) mendefinisikan kebutuhan dasar manusia ada  14:
a.       Bernapas secara normal
b.      Makan dan minum cukup
c.       Eliminasi
d.      Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
e.       Istirahat dan tidur
f.       Memilih cara berpakian; berpakian dan melepas pakian
g.      Mempertahankan  temperatur  tubuh  dalam rentang normal
h.      Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
i.        Menghindari bahaya dari lingkungan
j.        Berkomukasi dengan orang lain
k.      Beribadah menurut keyakinan
l.        Bekerja yang menjajikan prestasi
m.    Bermain dan berpatisipasi  dalam bentuk rekreasi
n.      Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal.  
3.     Jean Waston
Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu:
 kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). 

Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup  yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan intrapersonal dan interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri).
B.     OKSIGENASI

I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Cara Memberikan Oksigen:
1.      Nasal Kanul
a.       Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan nasal kanul
b.      Tujuan
1)      Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal
2)      Untuk memberikan oksigen yang tidak terputus saaat klien makan atau minum
c.       Persiapan alat
1)      Tabung oksigen dengan flow meter
2)      Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3)      Nasal kanul dan selang
4)      Kassa jika diperlukan
5)      Plester
6)      Bengkok
d.      Prosedur
1)      Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2)      Siapkan klien dan keluarga
a)      Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b)      Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada kliwn dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3)      Atur peralatan oksigen dan humidifier
4)      Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a)      Cek oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air
b)      Atur oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5)      Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk ke hidung dan elastic band melingkar ke kepala
6)      Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada bagian wajah
7)      Alasi selang dengan kassa pada elastic band pada telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan
8)      Inspeksi peralatan secara teratur
a)      Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b)      Pertahankan tinggi air di humidifier
c)      Pastikan petunjuk keamanan diikuti
9)      Dokumentasikan
2.      Masker wajah
a.       Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan masker wajah
b.      Tujuan
Untuk member tambahan oksigen dengan kadar selang konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul
c.       Persiapan alat
1)      Tabung oksigen dengan flow meter
2)      Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3)      Masker wajah dan selang
4)      Kassa jika diperlukan
5)      Plester
6)      Bengkok
d.      Prosedur
1)      Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2)      Siapkan klien dan keluarga
a)      Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b)      Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada kliwn dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3)      Atur peralatan oksigen dan humidifier
4)      Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a)      Cek oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air
b)      Atur oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5)      Tempatkan masker kea rah wajah klien dan letakan dari hidung ke bawah
6)      Atur masker esuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi wajah, sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi atau dagu
7)      Ikatka elastic band melingkar di kepala klien sehingga masker terasa nyaman
8)      Alasi band di belakang telinga dan di atas tulang yang menonjol. Alas akan mencegah iritasi karena masker
9)      Inspeksi peralatan secara teratur
a)      Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b)      Pertahankan tinggi air di humidifier
c)      Pastikan petunjuk keamanan diikuti
10)  Dokumentasikan
3.      Tenda wajah
a.       Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan tenda wajah
b.      Tujuan
1)      Untuk memberikan kelembaban tinggi
2)      Untuk memberikan oksigen bila masker tidak ditoleransi
3)      Untuk memberikkan oksigen aliran tinggi saat dihubungkan dengan sisterm venture
c.       Persiapan alat
1)      Tabung oksigen dengan flow meter
2)      Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3)      Tenda wajah dan selang
4)      Kassa jika diperlukan
5)      Plester
6)      Bengkok
d.      Prosedur
1)      Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2)      Siapkan klien dan keluarga
a)      Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b)      Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada klien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3)      Atur peralatan oksigen dan humidifier
4)      Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a)      Cek oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air
b)      Atur oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5)      Tempatkan tenda pada wajah klien dan diikatkan melingkar pada kepala
6)      Inspeksi peralatan secara teratur
a)      Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b)      Pertahankan tinggi air di humidifier
c)      Pastikan petunjuk keamanan diikuti
7)      Dokumentasikan


C.      HOMEOSTASIS DAN HEMODINAMIK
Homeostasis
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul.

Hemodinamik
Homeodinamik merupakan pertukaran energi secara terus-menerus antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang merupakan satu kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta memiliki keunikan tersendiri dalam proses homeodinamik ini.
Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :
Prinsip integralitas. 
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya interaksi manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
Prinsip resonansi. 
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi, mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.
Prinsip helicy. 
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.
 FISIOTERAPI DADA

A. DEFINISI
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
a. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.
lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

Alat dan bahan :
1) Handuk kecil
Prosedur kerja :
1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok
b. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.

Prosedur kerja :
1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4) Istirahatkan pasien
5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
TINDAKAN SUCTION
Pengertian :
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.

Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
D.     KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

A.    PENGERTIAN
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupaurin atau bowel (feses). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Ketika gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yangmempengaruhi eliminasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi:
1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter faeces, control bayi s/d 2-3 tahun: lambung kecil, enzim kurang, peristaltic usus cepat, neuromuskuler belum berkembang. Remaja : usus besar berkembang. Tua : gigi berkurang, enzim di saliva & lambung berkurang peristaltic dan tonus abdomen berkurang.
2. Diet
Makanan berserat dan berselulosa penting untuk mendukung volume fekal. Diet yang tidak teratur akan menggangu pola defekasi. Contoh makanan yang mengandung gas: bawang, kembang kol, dan kacang-kacangan. Susu: sulit dicerna bagi sebagian orang/ laktusa intolerance.
3. Pemasukan cairan.
Normalnya: 2000-3000 ml/hari. Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan sehingga tubuh akan menyerap cairan  sehingga faeces yang dikeluarkan menjadi keras.
4. Aktifitas fisik
merangsang peristaltic meningkat.
5. Faktor psikologik.
Cemas, marah akan meningkatkan peristaltic/ diare. Depresi akan memperlambat peristaltic usus/ konstipasi.
6. Kebiasaan
Sulit BAB di tempat orang lain atau tempat yang baru karena hilangnya privacy.
7. Posisi
Jongkok/paha fleksi akan meningkatkan tekanan abdomen dan posisi duduk akan meningkatkan tekanan rectum, sehingga akan mempermudah defekasi.
8. Nyeri
Hemoroid menyebabkan defekasi tidak nyaman dan akhirnya menjadi konstipasi.
9. Kehamilan: menekan rectum
10. Operasi dan anastesi: blok parasimpatis 24-48 jam akan menghentikan pergerakan usus (ileus paralitik)
B.                 NILAI-NILAI NORMAL
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik
Normal
Abnormal
Kemungkinan penyebab
Warna
Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan
Pekat / putih
Adanya pigmen empedu (obstruksi empedu); pemeriksaan diagnostik menggunakan barium
Hitam
Obat (spt. Fe); PSPA (lambung, usus halus); diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua (spt. Bayam)
Merah
PSPB (spt. Rektum), beberapa makanan spt bit.
Pucat
Malabsorbsi lemak; diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.
Orange atau hijau
Infeksi usus
Konsistensi
Berbentuk, lunak, agak cair / lembek, basah.
Keras, kering
Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse.
Diare
Peningkatan motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri).
Bentuk
Silinder (bentuk rektum) dgn  2,5 cm u/ orang dewasa
Mengecil, bentuk pensil atau seperti benang
Kondisi obstruksi rektum
Jumlah
Tergantung diet (100 – 400 gr/hari)
Bau
Aromatik : dipenga-ruhi oleh makanan yang dimakan dan flora bakteri.
Tajam, pedas
Infeksi, perdarahan
Unsur pokok
Sejumlah kecil bagian kasar makanan yg tdk dicerna, potongan bak-teri yang mati, sel epitel, lemak, protein, unsur-unsur kering cairan pencernaan (pigmen empedu dll)
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam jumlah besar
Benda asing
Infeksi bakteri
Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan

E. ELIMINASI ALVI
A.   Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dan diameter 2,5 cm, serta berfungsi sebagai tempat absorpsi elektrolit Na, Cl, K ,Mg, HCO3, dan kalsium. Usus besar dimulai dari rektum, kolon, hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter atau 50-60 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecaum sampai ke dubur (anus).
Batas antara usu besar dan ujung usus halus adalah katup ileocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali ke usus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar adalah berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan. Penyerapan inilah yang menyebabkan feses mempunyai bentuk dan berwujud setengan padat. Jika penyerapan tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar, fases itu lunak dan berair. Jika feses terlalu lama dalam usus besar, maka akan terlalu banyal air yang diserap sehingga feses menjadi kering dan keras.
Gerakan peristaltic yang kuat dapat mendorng feses ke depan. Gerakan ini terjadi 1-14 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltik sering terjadi sesudah makan. Biasanya, ½-2/3 dari produk buangan hasil makanan dicernakan dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah 24-48 jam berkutnya.
Makanan yang diterima oleh usus dari lambung dalam bentuk setengah padat, atau dikenal dengan nama chime, baik berupa air, nutrient, maupun elektrolit kemudian akan diabsorpsi. Usus akan mensekresi mukus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Secara umum, kolon berfungsi sebagai tempat absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Proses perjalanan makanan, khususnya pada daerah kolon, memiliki beberapa gerakan, diantaranya haustral suffing atau dikenal dengan gerakan mencampur zat makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air, kontraksi hautral atau gerakan mendorong zat makanan/air pada daerah kolon, dan gerakan peristaltic, yaitu gerakan menuju ke anus.
B.   Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar. Redapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yaitu terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar mengucup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh system saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi, berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakaai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas masa padat dan berwarma coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pegmen empedu dan usus kecil.
Terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi:
Refleks defekasi intrinsic
Yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus  merangsang gerakan peritaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, dimana proses proses defekasi terjadi saat ffingter interna berelaksasi.
Refleks defekasi parasimpatis
Yang dimulai dari adanya feses dalam rectum yang merangsang saraf rektum, kemudian ke spinal cord, merangsang ke kolon descenden, ke sigmoid, lalu rektum, dengan gerakan peristaltik, dan akhirnya terjadi proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.
C.   Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
Usia
Setiapa tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.
Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.
Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus ototabdomen, pelvi, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu kelancaran proses defekasi.
Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laksansia atau antasida yang terlalu sering
Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gay hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang tersebut buang air besar di tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit0penyakit yang berhubungan langsung pada system pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi, seperti nyeri pada beberapa kasus hemeroid dan episiotomy.
Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulus dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.











SELESAI:)