TUGAS REMEDIAL KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
MATERI SEMESTER 1
SAMPAI SEMESTER 2
Nama : Yuni Sartika
Kelas : X Keperawatan 3
Pelajaran : Kebutuhan Dasar Manusia
A.
KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA
1. Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima
kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut :
Kebutuhan
Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan
fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang
beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu.
Misalnya,
seorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta bisaanya akan mencari
makanan terlebih dahulu daripada mencari cinta.
Kebutuhan
fisiologis hal yang penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan
macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas,
kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin
dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan
temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting untuk mempertahankan kebutuhan
tersebut guna kelangsungan umat manusia.
Kebutuhan
Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan
keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan rasa aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi,
bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari ancaman keselamatan dan
psikologi pada pengalaman yang baru atau tidak dikenal.
Kebutuhan
Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan
ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan
yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat
atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
Kebutuhan
Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan
ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, serta
penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan ini terkait
dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, kepercayaan
diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari
orang lain.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan
ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik (mengenal dan
memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri – sendiri, tidak
emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan
diri yang tinggi dan sebagainya. Merupakan kebutuhan tertinggi dalam
Hierarku Maslow, merupakan kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
2. Virginia
Henderson
Teori
Virginia Handerson (Hammer dan Henderson, 1955) mengcangkup seluruh kebutuhan
dasar seorang manusia. Handerson (1964) mendefinisikan kebutuhan dasar manusia
ada 14:
a. Bernapas
secara normal
b. Makan
dan minum cukup
c. Eliminasi
d. Bergerak
dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
e. Istirahat
dan tidur
f. Memilih
cara berpakian; berpakian dan melepas pakian
g. Mempertahankan temperatur tubuh dalam
rentang normal
h. Menjaga
tubuh tetap bersih dan rapi
i. Menghindari
bahaya dari lingkungan
j. Berkomukasi
dengan orang lain
k. Beribadah
menurut keyakinan
l. Bekerja
yang menjajikan prestasi
m. Bermain
dan berpatisipasi dalam bentuk rekreasi
n. Belajar,
menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan
kesehatan normal.
3. Jean Waston
Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi
kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu:
kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower
order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order
needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih
rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi
diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan
semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan
diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan psikososial
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan intrapersonal dan
interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri).
B.
OKSIGENASI
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Cara Memberikan Oksigen:
1. Nasal
Kanul
a. Definisi
Memberikan
tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan nasal kanul
b. Tujuan
1) Untuk
memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal
2) Untuk
memberikan oksigen yang tidak terputus saaat klien makan atau minum
c. Persiapan
alat
1) Tabung
oksigen dengan flow meter
2) Humidifier
dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3) Nasal
kanul dan selang
4) Kassa
jika diperlukan
5) Plester
6) Bengkok
d. Prosedur
1) Kaji
kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2) Siapkan
klien dan keluarga
a) Atur
posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b) Jelaskan
bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada kliwn dan keluarga
tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3) Atur
peralatan oksigen dan humidifier
4) Putar
oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a) Cek
oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara
pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada
humidifier saat oksigen mengalir lewat air
b) Atur
oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5) Letakkan
kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk ke hidung dan elastic band
melingkar ke kepala
6) Jika
kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada bagian wajah
7) Alasi
selang dengan kassa pada elastic band pada telinga dan tulang pipi jika
dibutuhkan
8) Inspeksi
peralatan secara teratur
a) Cek
liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b) Pertahankan
tinggi air di humidifier
c) Pastikan
petunjuk keamanan diikuti
9) Dokumentasikan
2. Masker
wajah
a. Definisi
Memberikan
tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan masker wajah
b. Tujuan
Untuk member tambahan oksigen
dengan kadar selang konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul
c. Persiapan
alat
1) Tabung
oksigen dengan flow meter
2) Humidifier
dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3) Masker
wajah dan selang
4) Kassa
jika diperlukan
5) Plester
6) Bengkok
d. Prosedur
1) Kaji
kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2) Siapkan
klien dan keluarga
a) Atur
posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b) Jelaskan
bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada kliwn dan keluarga
tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3) Atur
peralatan oksigen dan humidifier
4) Putar
oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a) Cek
oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara
pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada
humidifier saat oksigen mengalir lewat air
b) Atur
oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5) Tempatkan
masker kea rah wajah klien dan letakan dari hidung ke bawah
6) Atur
masker esuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi wajah, sehingga sangat
sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi atau dagu
7) Ikatka
elastic band melingkar di kepala klien sehingga masker terasa nyaman
8) Alasi
band di belakang telinga dan di atas tulang yang menonjol. Alas akan mencegah
iritasi karena masker
9) Inspeksi
peralatan secara teratur
a) Cek
liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b) Pertahankan
tinggi air di humidifier
c) Pastikan
petunjuk keamanan diikuti
10) Dokumentasikan
3. Tenda
wajah
a. Definisi
Memberikan
tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan tenda wajah
b. Tujuan
1) Untuk
memberikan kelembaban tinggi
2) Untuk
memberikan oksigen bila masker tidak ditoleransi
3) Untuk
memberikkan oksigen aliran tinggi saat dihubungkan dengan sisterm venture
c. Persiapan
alat
1) Tabung
oksigen dengan flow meter
2) Humidifier
dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3) Tenda
wajah dan selang
4) Kassa
jika diperlukan
5) Plester
6) Bengkok
d. Prosedur
1) Kaji
kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2) Siapkan
klien dan keluarga
a) Atur
posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b) Jelaskan
bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3) Atur peralatan oksigen dan
humidifier
4) Putar oksigen sesuai terapi
dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a) Cek oksigen dapat megalir
secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan
sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat
oksigen mengalir lewat air
b) Atur oksigen dengan flow
meter sesuai perintah
5) Tempatkan tenda pada wajah
klien dan diikatkan melingkar pada kepala
6) Inspeksi peralatan secara
teratur
a) Cek liter flow meter dan
tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b) Pertahankan tinggi air di
humidifier
c) Pastikan petunjuk keamanan
diikuti
7) Dokumentasikan
C.
HOMEOSTASIS DAN HEMODINAMIK
Homeostasis
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis
ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara
alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang
seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses
perubahan yang terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi
terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan
kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi
dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh
homeostasis psikologis adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis,
tertawa, berteriak, memukul.
Hemodinamik
Homeodinamik merupakan pertukaran energi secara terus-menerus
antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya
melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar
mampu mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit
yang merupakan satu kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses
hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dapat
dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta memiliki keunikan tersendiri dalam
proses homeodinamik ini.
Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :
Prinsip integralitas.
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya interaksi manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya interaksi manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
Prinsip resonansi.
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi, mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi, mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.
Prinsip helicy.
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.
FISIOTERAPI
DADA
A. DEFINISI
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam
fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas,
dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas
toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
a. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung
dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan
atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada
yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan
membentuk kedua tangan deperti mangkok.
lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
Alat dan bahan :
1) Handuk kecil
Prosedur kerja :
1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok
b.
Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama
postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau
vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan
sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan
sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien
disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak
inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara
meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan
bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
Prosedur kerja :
1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4) Istirahatkan pasien
5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
TINDAKAN SUCTION
Pengertian :
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
D.
KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL
A. PENGERTIAN
Eliminasi
adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupaurin atau bowel
(feses). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Ketika gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon
sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi
yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal
dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan
beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda.
Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti proses
eliminasi yang normal dan faktor-faktor yangmempengaruhi eliminasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi:
1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter faeces,
control bayi s/d 2-3 tahun: lambung kecil, enzim kurang, peristaltic usus
cepat, neuromuskuler belum berkembang. Remaja : usus besar berkembang. Tua :
gigi berkurang, enzim di saliva & lambung berkurang peristaltic dan tonus
abdomen berkurang.
2. Diet
Makanan berserat dan berselulosa penting untuk mendukung
volume fekal. Diet yang tidak teratur akan menggangu pola defekasi. Contoh
makanan yang mengandung gas: bawang, kembang kol, dan kacang-kacangan. Susu:
sulit dicerna bagi sebagian orang/ laktusa intolerance.
3. Pemasukan cairan.
Normalnya: 2000-3000 ml/hari. Jika intake cairan tidak
adekuat atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan
cairan sehingga tubuh akan menyerap cairan sehingga faeces yang
dikeluarkan menjadi keras.
4. Aktifitas fisik
merangsang peristaltic meningkat.
5. Faktor psikologik.
Cemas, marah akan meningkatkan peristaltic/ diare.
Depresi akan memperlambat peristaltic usus/ konstipasi.
6. Kebiasaan
Sulit BAB di tempat orang lain atau tempat yang baru
karena hilangnya privacy.
7. Posisi
Jongkok/paha fleksi akan meningkatkan tekanan abdomen dan
posisi duduk akan meningkatkan tekanan rectum, sehingga akan mempermudah
defekasi.
8. Nyeri
Hemoroid menyebabkan defekasi tidak nyaman dan akhirnya
menjadi konstipasi.
9. Kehamilan: menekan rectum
10. Operasi dan anastesi: blok parasimpatis 24-48 jam
akan menghentikan pergerakan usus (ileus paralitik)
B.
NILAI-NILAI NORMAL
KARAKTERISTIK
FESES NORMAL DAN ABNORMAL
|
|||
Karakteristik
|
Normal
|
Abnormal
|
Kemungkinan penyebab
|
Warna
|
Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan
|
Pekat / putih
|
Adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu); pemeriksaan diagnostik menggunakan barium
|
Hitam
|
Obat (spt. Fe); PSPA
(lambung, usus halus); diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua (spt.
Bayam)
|
||
Merah
|
PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt bit.
|
||
Pucat
|
Malabsorbsi lemak;
diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.
|
||
Orange atau hijau
|
Infeksi usus
|
||
Konsistensi
|
Berbentuk, lunak,
agak cair / lembek, basah.
|
Keras, kering
|
Dehidrasi, penurunan
motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan
laksantif abuse.
|
Diare
|
Peningkatan
motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri).
|
||
Bentuk
|
Silinder (bentuk
rektum) dgn 2,5 cm u/ orang dewasa
|
Mengecil, bentuk
pensil atau seperti benang
|
Kondisi obstruksi
rektum
|
Jumlah
|
Tergantung diet (100
– 400 gr/hari)
|
||
Bau
|
Aromatik :
dipenga-ruhi oleh makanan yang dimakan dan flora bakteri.
|
Tajam, pedas
|
Infeksi, perdarahan
|
Unsur pokok
|
Sejumlah kecil
bagian kasar makanan yg tdk dicerna, potongan bak-teri yang mati, sel epitel,
lemak, protein, unsur-unsur kering cairan pencernaan (pigmen empedu dll)
|
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam jumlah
besar
Benda asing
|
Infeksi bakteri
Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan
|
E. ELIMINASI ALVI
A. Sistem Tubuh yang Berperan dalam
Eliminasi Alvi
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang
air besar)adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan
usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang
kurang lebih 6 meter dan diameter 2,5 cm, serta berfungsi sebagai tempat
absorpsi elektrolit Na, Cl, K ,Mg, HCO3, dan kalsium. Usus besar
dimulai dari rektum, kolon, hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5
meter atau 50-60 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah
atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecaum
sampai ke dubur (anus).
Batas antara usu besar dan ujung usus halus adalah katup ileocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat
yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk
kembali ke usus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar adalah berupa
cairan. Setiap hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan.
Penyerapan inilah yang menyebabkan feses mempunyai bentuk dan berwujud setengan
padat. Jika penyerapan tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar,
fases itu lunak dan berair. Jika feses terlalu lama dalam usus besar, maka akan
terlalu banyal air yang diserap sehingga feses menjadi kering dan keras.
Gerakan peristaltic yang kuat dapat mendorng feses ke depan.
Gerakan ini terjadi 1-14 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltik sering terjadi
sesudah makan. Biasanya, ½-2/3 dari produk buangan hasil makanan dicernakan
dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah 24-48 jam
berkutnya.
Makanan yang diterima oleh usus dari lambung dalam bentuk setengah
padat, atau dikenal dengan nama chime, baik berupa
air, nutrient, maupun elektrolit kemudian akan diabsorpsi. Usus akan mensekresi
mukus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Secara umum, kolon berfungsi sebagai
tempat absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Proses perjalanan makanan,
khususnya pada daerah kolon, memiliki beberapa gerakan, diantaranya haustral suffing atau dikenal dengan gerakan mencampur
zat makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air, kontraksi hautral atau
gerakan mendorong zat makanan/air pada daerah kolon, dan gerakan peristaltic,
yaitu gerakan menuju ke anus.
B. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan
buang air besar. Redapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yaitu
terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar mengucup.
Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian
luar diawasi oleh system saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendur. Selama defekasi, berbagai otot lain membantu proses tersebut,
seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak
direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakaai oleh tubuh,
berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan
tubuh. Feses yang normal terdiri atas masa padat dan berwarma coklat karena
disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pegmen empedu dan usus kecil.
Terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi:
Refleks defekasi intrinsic
Yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum
sehingga sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang
gerakan peritaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, dimana proses proses
defekasi terjadi saat ffingter interna berelaksasi.
Refleks defekasi parasimpatis
Yang dimulai dari adanya feses dalam rectum yang merangsang saraf
rektum, kemudian ke spinal cord, merangsang ke kolon descenden, ke sigmoid,
lalu rektum, dengan gerakan peristaltik, dan akhirnya terjadi proses defekasi saat
sfingter interna berelaksasi.
C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
Usia
Setiapa tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol
defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh
dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan
mengontrol secara penuh dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut
mengalami penurunan.
Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi
proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.
Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karena proses absorpsi kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan
proses defekasi.
Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui
aktivitas tonus ototabdomen, pelvi, dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan dalam membantu kelancaran proses defekasi.
Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan
laksansia atau antasida yang terlalu sering
Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal
ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gay hidup sehat/kebiasaan
melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang
tersebut buang air besar di tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, ia
mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit0penyakit yang berhubungan langsung pada system pencernaan, seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk
berdefekasi, seperti nyeri pada beberapa kasus hemeroid dan episiotomy.
Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulus dalam berdefekasi.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau
kerusakan saraf lainnya.
SELESAI:)